Kamis, 21 Desember 2017

*■ MANUSIA MANUSIA yang sudah _"Selesai dengan dirinya sendiri"_ ■*


Pernahkah anda melihat atau mengenal seseorang yang tetap sabar dan tenang saat mendapat musibah dan sama tenangnya saat mendapat keberuntungan, tetap terkendali dan sabar saat diejek dan dicaci dan juga bersikap kalem saat disanjung.
Tetap santun dan rendah hati saat mendapat kekuasaan/menjadi Boss dan juga menjadi bawahan, bersedia makan di restoran mewah dan tidak menolak makan di tenda pinggir jalan, tidak jumawa saat naik mobil mewah dan tidak minder saat naik bajaj atau bus umum.
Tidak rakus dan tidak menimbun saat diberi kesempatan kaya dan tidak mengeluh saat jatuh miskin.
Menggunakan sandang-pangan dan peralatan untuk dimanfaatkan fungsinya, bukan untuk dipamerkan mereknya,
Mata mereka sudah tidak silau dan tidak tergoda dengan indahnya bungkus atau pernak pernik asesoris.
```MEREKA SUDAH LEBIH MEMILIH ESENSI```.
Memilih teman tanpa membedakan status sosial, gelar atau posisi.
Orang-orang seperti ini adalah orang-orang yang sudah *_"SELESAI DENGAN DIRINYA SENDIRI"_*.
Kakinya menapak bumi dan menjalani realitas, tetapi JIWANYA sudah berada di 'ATAS KITA'.
Ego atau ke 'aku' annya sudah ditaklukan.
*```*Buat mereka kehidupan di atas bumi sekedar peran-peran fana dari Sang Sutradara Agung yang mereka jalani```.*
Tampilan orang-orang seperti ini mungkin kurang seru atau kurang asik dalam pergaulan, dan tidak banyak orang-orang seperti ini.
😍 * Tapi carilah...JADIKAN MEREKA SAUDARA ATAU SAHABAT !* 😍

Rabu, 30 Agustus 2017

Memaafkan itu menyehatkan dan Membahagiakan

Orang tak bisa hidup bahagia dengan rasa sakit hati dan kemarahan terhadap orang lain, apalagi ditambah dengan keinginan balas dendam. Beban berat seperti ini harusnya dihilangkan agar hati terhindar dari penyakit, dan hidup lebih sehat dan bahagia.
Rasa sakit hati dan kemarahan karena disakiti atau dianiaya orang lain, selain mempengaruhi kesehatan batin juga mempengaruhi kesehatan jasmani. 

Disadari atau tidak rasa sakit hati yang mendalam dapat merusak jiwa dan kesehatan. Maka memaafkan adalah obatnya. Dengannya tubuh menjadi lebih rileks, aliran darah lebih lancar karena jantung bekerja normal tanpa ganguan. Ketimbang untuk orang lain, memaafkan sebenarnya amat baik manfaatnya buat diri kita sendiri. Lalu bagaimana caranya?

Memang tak selalu mudah memaafkan kesalahaan orang lain. Faktor psikologis seperti pembiasaan dari orang tua (yang tentu ditiru anak-anaknya) atau kurang matangnya kepribadian seseorang, adalah sedikit dari sebab kenapa orang sulit memberi maaf. Akan tetapi tak lantas membuat kita menjadi orang yang sukar memafkan bukan? Apalagi sebagai makhluk paling sempurna yang diberi pilihan, mau memaafkan atau tidak, mau terus menderita atau tidak.

Cara yang cukup sederhana untuk adalah dengan tahap-tahap sebagai berikut:
  • Hadapilah kemarahan, sakit hati dan rasa malu Anda.
  • Jalankan proses memaafkan, lakukan itu dan buang jauh-jauh keinginan balas dendam.
  • Maafkanlah. Pahamilah mereka yang bersalah pada anda, kita tidak sedang menghakimi seseorang, berusahalah empati terhadapnya.
  • Sembuhkanlah diri anda.


Langkah-langkah praktis ini dapat kita praktekkan untuk sakit hati, kekecewaan, kemarahan dalam skala kecil atau besar. Motivasi memaafkan harusnya lebih kuat, karena Allah menyatakan dalam berbagai ayat di al-Qur’an Allah memberi keutamaan orang yang pemaaf. Juga contoh Rasulullah adalah orang yang mampu memaafkan walau sekeji apapun perlakuan yang diterimanya. 
Wallahu’alam…