Minggu, 25 Maret 2012

"Ightanim Khomsan Qobla Khomsin"

Bismillahirrahmanirrahim

"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam
kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh
dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati
supaya menetapi kesabaran."
(QS. 103 [Al'Ashr]:1- 3)

Rasulullah SAW pernah bersabda: "Rebutlah lima perkara sebelum datangnya
lima perkara. Pertama : masa sehat sebelum sakit. Kedua : masa kaya
sebelum datangnya masa sempit (miskin). Ketiga : masa lapang sebelum
tiba masa sibuk. Keempat masa muda sebelum datang masa tua dan kelima
masa hidup sebelum tiba masa mati."
(HR Al-Hakim dan Al-Baihaqi).

Lima perkara sebelum datang lima
perkara (Ightanim Khomsan Qobla Khomsin), yaitu:

Pertama, Hayataka qobla mautika; mumpung masih hidup sebelum mati,
pergunakanlah umur itu seproduktif mungkin, karena hanya ketika hidup
orang bisa berinvestasi untuk kebahagiaan akhirat nanti. Jika orang
sudah mati maka produktifitasnya h
abis, selain tiga perkara; amal jariah, ilmu yang bermanfaat dan doa anak saleh.
Mumpung masih hidup, perbanyak amal jariah, yakni amal yang
kemanfaatannya berumur panjang dan dimanfaatkan oleh orang banyak,
misalnya membuat jembatan, jalan, gedung sekolah, masjid, rumah sakit
dsb. Mengajarkan ilmu pengetahuan yang kita miliki kepada orang lain,
selagi ilmu itu diamalkan, maka kita akan meraih ganjarannya. Serta
didiklah anak kita hingga menjadi anak saleh, karena hanya doa anak
saleh yang dijamin diterima Tuhan.

Kedua, Syababaka qobla haramika. Mumpung masih muda, sebelum pikun,
gunakan masa muda untuk belajar dan bekerja keras, karena belajar di
waktu muda seperti orang melukis diatas batu, tidak mudah hilang,
sedangkan belajar di waktu tua apalagi setelah pikun, seperti melukis di
atas air. Juga bekerja keraslah di usia muda untuk menabung, agar di
usia tua nanti tinggal menikmati buah dari tanaman ketika masih muda.
Orang, ketika sudah pikun, ia kembali lemah seperti anak-anak, kembali
tidak mengerti apa-apa seperti ketika belum sekolah.

Ketiga, Shihhataka qobla saqamika. Mumpung masih sehat, sebelum sakit.
Sehat bukan saja kenikmatan, tetapi juga peluang. Dalam kondisi sehat
orang bisa mengerjakan banyak hal, dan bisa mengatasi banyak hambatan.
Sehat itu satu kenikmatan yang jarang disadari, baru setelah sakit orang
menyadari betapa bermaknanya sehat.

Keempat, Ghinaka qobla faqrika. Mumpung masih punya, masih kaya, belum
bangkrut, gunakan kekayaan kita untuk hal-hal yang positif bagi
keluarga, karib kerabat, tetangga atau masyarakat luas, karena jika
keburu bangkrut kita tidak lagi mampu memberi, dan baru menyadari betapa
bermaknanya kontribusi orang kaya. Ciri orang kaya adalah laksana air
yang mengalir ke bawah, lebih banyak memberi daripada menerima. Jika
orang sudah berharta banyak tetapi kebutuhannya malah lebih banyak
sehingga ia tidak mampu memberi malah mengambil jatah orang miskin, maka
orang seperti itu bukanlah orang kaya. Oleh karena itu ada orang kaya
harta tapi miskin hati, dan ada orang yang miskin harta tapi kaya hati.
Orang yang kaya hati, punya lima ribu rupiah masih bisa memberi empat
ribu rupiah. Mari berbuat mumpung masih kaya, sebelum bangkrut.

Serta kelima, Sa`atika qobla dloiqika. Mumpung masih punya kelapangan,
belum terhimpit kesempitan, mumpung sempat belum sempit, gunakan
kesempatan itu untuk melakukan hal-hal yang terbaik. Kesempatan sering
tidak datang dua kali, maka jangan sia-siakan. Jangan salah pilih dan
salah mengambil keputusan ketika kesempatan terbuka. Banyak orang
menggunakan "kesempatan" dalam "kesempitan" yang berujung pada
penyesalan yang panjang, hanya nikmat sesaat berujung pada derita
selamanya.

Lima hal itu merupakan inti visi dan misi hidup manusia, kunci
kesuksesan itu terletak pada bagaimana kita mempergunakan kesempatan
dengan sebaik-baiknya. Mempergunakan kesempatan merupakan wujud pasrah
pada upaya dan usaha, bukan pada hasil. Prinsip pasrah pada upaya dan
usaha akan membentuk jiwa yang teguh, tegar, kuat, dan tidak mudah putus
asa. Bila suatu saat upaya kita belum menghasilkan sesuatu yang kita
harapkan, maka kita tidak lantas putus asa, karena kewajiban kita adalah
berupaya.

Karena, Inna sa'yakum lasyattaa, sesungguhnya usaha kamu memang
berbeda-beda (QS. 92 [Al Lail]
:4). Wallahu'alam bishshawab (RDE)